Rabu, 24 September 2008

MAKALAH KEHIDUPAN MASYARAKAT BEKASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan masyarakat Bekasi yang makin berkembang dari Agraris menuju industri. Banyak lahan-lahan pertanian diubah menjadi pabrik-pabrik yang megah. Kawasan-kawasan industri mulai memperluas lahannya. Lahan-lahan pertanian produktif pun telah menjadi perumahan-perumahan penduduk, dan nasib para petani semakin terjepit bagi mereka yang tidak sanggup atau tidak diterima menjadi buruh pabrik, dan akhirnya menjadi pengangguran.

Banyaknya pengangguran dari penduduk asli disebabkan kalah bersaing dengan para pendatang, Bekasi menjadi impian bagi para pencari kerja setelah kota Jakarta. Lapangan pekerjaan di industri tidak sebanding dengan para pencari kerja, sehingga pengangguran di Bekasi semakin banyak dan pada akhirnya angka kemiskinan mulai meningkat.

Berdasarkan uraian diatas, maka relevan sekali apabila penulis mengangkat topik “KEMISKINAN DI BEKASI” , sebagai judul dalam penulisan makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Masalah kemiskinan di Bekasi merupakan masalah yang kompleks. Jadi dalam penanganannya diperlukan kerjasama dari pemerintah, masyarakat, dan para pelaku industri. Oleh sebab itu dalam makalah ini akan dibahas apa itu kemiskinan dan bagaimana menanggulangi kemiskinan di Bekasi.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

  • Untuk mengetahui apa itu pengertian dimensi, dan indikator kemiskinan
  • Untuk dapat mengetahui gambaran kehidupan masyarakat Bekasi
  • Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan di Bekasi
  • Mengetahui upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Bekasi
  • Dapat berperan aktif untuk menaggulangi kemiskinan

D. Metode Pembuatan Makalah

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode untuk mempermudah dalam proses penulisan, diantaranya :

1. Metode pengamatan

Dengan mengamati fenomena yang ada disekitar lingkungannya.

2. Metode Studi Pustaka

Dengan mengambil sumber dari media masa dan internet.

BAB II

KEMISKINAN DI BEKASI

A. Pengertian, dimensi, dan indikator Kemiskinan

1. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan memiliki pengertian yang sangat luas, berikut ini adalah beberapa pengertian kemiskinan :

· Menurut BPS dan DEPSOS (2002)

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar.

· Menurut BPS dan DEPSOS (2002)

Kemiskinan merupakan kondisi yang berbeda dibawah garis nilai standar kebutuhan minimum. Baik makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (Doverty Line). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori perorang perhari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa.

· Menurut SMERU dan Suharto dan kawan-kawan, 2004

Kemiskinan secara luas diidentifikasikan sebagai kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan masyarakat.

· Menurut DEPSOS (2001)

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenihi pokok yang layak bagi kemanusiaan.

Kemiskinan menurut keadaannya dibedakan menjadi :

· Kemiskinan absolute, yaitu bila hasil pendapatannya berada dibawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupminimumnya (pangan, sandang, kesehatan, papan pendidikan).

· Kemiskinan relatife merupakan suatu golongan yang sebenarnya telah hidup diatas garis kemiskinan namun masih dibawah kemampuan masyarakat sekitarnya.

· Kemiskinan kultural berkaitan dengan sikap seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada usaha dari pihak lain yang membantunya.

2. Dimensi Kemiskinan

Kemiskinan dibagi menjadi beberapa dimensi, diantaranya :

· Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan pemenang dan yang kalah. Indonesia sebagai Negara berkembang bias menjadi pihak yang kalah dalam globalisasi, sehingga daerah industri seperti Bekasi dapat menjadi daerah dengan bertambahnya penduduk miskin.

· Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan akibat rendahnya. Kemiskinan pedesaan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembanguna perkotaan akibat kecepatan pertumbuhan perkotaan.

· Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang dialami perempuan, anak-anak, dan kelompok minoritas.

· Kemiskinan konsekuensial, kemiskinan akibat faktor-faktor eksternal seperti konflik / bencana alam, kerusakan lingkungan, dan tingginya jumlah penduduk.

3. Indikator Kemiskinan

Seseorang dapat dikatakan miskin apabila tidak dapat memenuhi kebutuhan dibawah ini, yaitu :

· Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, dan papan).

· Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).

· Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

· Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun misal.

· Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber daya alam.

· Tidak dilibatkannya dalam kegiatan sosial masyarakat.

· Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

· Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak telantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

· Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupu mental.

B. Gambaran Kehidupan Masyarakat Bekasi

Setiap warga negara mempunyai hak asasi untuk dapat hidup dengan layak. Negara juga telah menjamin dalam pasal 27 ayat 2 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Corak kehidupan masyarakat Bekasi beraneka ragam dengan berbagai jenis mata pencaharian misalnya petani, pedagang, buruh pabrik , nelayan, dan sebagainya. Dan tingkat pendapatannya pun berbeda.

Wilayah Bekasi sebagai salah satu kota satelitnya Jakarta atau kota penunjang Jakarta, letak wilayah yang strategis yaitu dekat dengan Ibu Kota Negara, jumlah penduduk yang melimpah, serta keanekaragaman budaya. Potensi-potensi tersebut dapat memajukan Bekasi bila dapat dimanfaatkan secara optimal.

Sekarang ini Bekasi mengembangkan diri dari wilayah agraris menuju industri. Dengan berkembangnya industri di Bekasi diharapkan akan memperluas lapangan pekerjaan dan mendorong income daerah akan tetapi perubahan itu menyebabkan banyak penyakit sosial seperti kemiskinan, kriminalitas, prostitusi dan pengangguran.

Munculnya pabrik-pabrik selain membawa dampak positf juga membawa dampak negatif. Masyarakat Bekasi yang semula hidup sebagai petani harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Sebagian masyarakat sudah siap menuju industri dari segi pendidikan dan mental dan sebagian lagi belum siap, karena tekanan kehidupan para petani banyak menjual lahan pertaniannya pada industri. Lahan-lahan pertanian produktif di Bekasi mulai berkurang berubah menjadi bangunan pabrik-pabrik megah. Para petani yang tidak sanggup atau tidak diterima menjadi buruh pabrik akhirnya menjadi pengangguran.

Pengangguran di Bekasi bertambah dengan banyaknya para pendatang dari wilayah jawa dan luar jawa untuk mengadu nasib. Pengangguran mendorong kemiskinan meningkat. Penduduk Bekasi yang berjumlah sekitar 4 jutaan dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 149.686 jiwa atau sekitar 3,74 % dari jumlah penduduk berada dibawah garis kemiskinan.

Kemiskinan di Bekasi semakin meningkat dengan kenaikan harga BBM. Konversi minyak tanah ke gas belum mampu mengatasi dampak kenaikan harga BBM.

Berikut ini contoh studi kasus tentang kemiskinan di Bekasi.

· Di desa Karang Asih yang terletak di Cikarang Utara kabupaten Bekasi menyimpan potensi sekaligus kondisi yang memprihatinkan khususnya pendidikan anak-anak. Banyak dari anak-anak desa ini yang putus sekolah disebabkan kondisi perekonomian yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja. Banyak dari mereka yang menjadi anak jalanan, atau menjadi pengamen dan pengemis.

Salah satu potret anak desa karang asih adalah perjuangan 75 anak yatim dan dhuafa agar tetap sekolah, ini patut mendapatkan perhatian. Mereka bertekad untuk kuat untuk dapat melanjutkan pendidikan maka mereka memelihara dan menjual lele Dumbo. Air yang melimpah di Desa Karang Asih cukup untuk mengairi kolam-kolam lele Dumbo. Atas prakarsa Ramdhani seorang pengurus masjid Nurul Iman dibuatlah kolam-kolam lele Dumbo. Anak-anak mengikuti pelatihan bagaimana cara beternak lele Dumbo. Usaha ini sudah sebenarnya mendapat dukungan kita sepenuhnya dan menjadi pembelajaran sisi kemandirian dan kedewasaan mereka.

Dari contoh studi kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa kita tidak boleh menyerah pada kemiskinan. Kemiskinan tergantung bagaimana menyikapinya, anak-anak desa Karang Asih ternyata mampu mencari solusi dari masalah kemiskinan mereka. Bila bangsa kita mau bercermin pada mereka masalah kemiskinan mungkin bisa di minimalisasi.

C. Faktor-faktor Penyebab Kemiskinan di Bekasi

Berikut ini merupakan factor-faktor penyebab kemiskinan di Bekasi :

1. Adanya peralihan lahan dari pertanian menjadi kawasan industri dan real estate. Peralihan ini mendorong peralihan mata pencaharian juga. Bagi yang tidak mempunyai kompetensi akan kesulitan menghadapinya dan bukan tidak mungkin akan menjadi pengangguran dan menambah tingkat kemiskinan di Bekasi

2. Nelayan yang sudah tidak dapat melaut lagi karena kelangkaan dan mahalnya bahan bakar solat, lebih besar biaya operasional ketimbang hasilnya sedang solar subsidi kebanyakan dijual oleh petugas ke industri besar.

3. Buruknya sarana infrastuktur jalan. Banyak jalan-jalan dipelosok Bekasi mengalami kerusakan seperti jalan Cikarang – Sukatani. Bila sarana infrastruktur jalan tidak baik maka akan menghambat roda perekonomian, misalnya hasil alam dari warga Bekasi di pedalaman susah didistribusikan.

4. Adanya bencana alam, seperti banjir yang sekarang sering melanda Bekasi dan juga bencana alam yang menimpa pesisir pantai cabang bungin, muaragembong dan tarumajaya.

5. Kurang terpenuhinya akses terhadap kebutuhan hidup dasar seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi.

6. Bekasi yang menuju kota industri menjadi kota impian bagi penduduk diluar Bekasi, sehingga setiap tahunnya jumlah pendatang di Bekasi semakin meningkat dan jumlah pengangguran juga meningkat.

7. Kenaikan harga BBM semakin membuat penduduk mengeluarkan biaya lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara penghasilan tidak naik mengakibatkan taraf hidup masyarakat anjlok. Bahkan sebagian diantaranya turun kelas menjadi penduduk miskin.

Selain faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan di Bekasi ada juga aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kemiskinan diantaranya :

  1. Aspek sosial, disebabkan adanya keterbatasan dalam interaksi sosial dan penguasaan informasi.
  2. Aspek ekonomi, disebabkan adanya keterbatasan pemilikan alat produksi, upah kecil, daya tawar rendah, tabungan nihil, dan lemah mengantisipasi peluang.
  3. Aspek psikologi, disebabkan adanya rendah diri, malas, dan rasa terisolir.
  4. Aspek politik, berkaitan dengan kecilnya aspek terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, dan posisi lemah dalam mengambil keputusan.

D. Upaya Daya Menanggulangi Kemiskinan di Bekasi

Upaya menanggulangi kemiskinan merupakan tugas bersama yaitu pemerintah dan warga masyarakat, berikut ini upaya-upaya yang dapat digunakan untuk menanggulangi kemiskinan di Bekasi.

1. Pemerintah harus menetapkan wilayah-wilayah industri dan mengadakan perlindungan terhadap lahan pertanian produktif agar tidak digunakan untuk perluasan wilayah industri.

2. Pemerintah dapat mengupayakan agar perusahaan lebih mengutamakan menerima penduduk asli untuk bekerja seperti yang telah disepakati, karena penduduk asli yang lebih berhak menikmati lapangan pekerjaan didaerahnya.

3. Mengadakan pembatasan terhadap jumlah penduduk pendatang yang mencari kerja.

4. Memberikan kredit lunak kepada warga untuk mengembangkan industri rumah tangga yang menyerap tenaga kerja.

5. Membenahi infrastruktur jalan, transportasi, komunikasi, listrik, dan air bersih.

6. Mewujudkan program pendidikan gratis, sehingga anak-anak usia sekolah dapat bersekolah.

7. Pemerintah harus segera memulihkan sektor riil agar tidak terjadi PHK massal di perusahaan-perusahaan. Dengan cara pemerintah perlu memberikan insentif pajak kepada dunia usaha.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian makalah tersebut, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal diantaranya :

  1. Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan.
  2. Wilayah Bekasi memiliki potensi yang besar yaitu dari letak wilayah yang dekat dengan ibu kota Negara, jumlah penduduk, lahan pertanian yang produktif, dan kemampuan menarik investor untuk mendirikan industri.
  3. Bekasi merupakan wilayah yang berkembang dari agraris menuju industri.
  4. Peralihan Bekasi dari agraris ke industri menimbulkan berbagai dampak sosial diantaranya adalah kemiskinan.
  5. Kemiskinan disebabkan banyak factor dan aspek.
  6. Untuk menanggulangi kemiskinan diperlukan kerja sama antara penduduk dan pemerintah.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan penulis diantaranya :

1. Warga Bekasi harus siap menghadapi kompetisi mencari pekerjaan dengan bekal pendidikan yang cukup.

2. Warga Bekasi harus mampu mempertahankan lahan pertanian yang dianggap produktif dari perluasan industri dan real estate.

3. Mampu mencari solusi dari masalah kemiskinan misalnya mengembangkan industri rumah tangga yang menyerap tenaga kerja.


DAFTAR PUSTAKA

www.indonesia.go.id Memahami Kemiskinan.

suarakarya.online.com Megapolitan – Sosial.

www.info.spice.com Perbaikan infrastruktur bisa atasi kemiskinan.




KEMISKINAN DI BEKASI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Drs. Marja, M.Pd




Disusun Oleh :

ANITA MARLENA

STAI BANI SALEH

KAMPUS B CIKARANG

Jl. Raya Industri No. 85 Cikarang


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga pada kesempatan ini dapat menyelesaikan dan menyusun makalah yang berjudul “Kemiskinan di Bekasi “

Kemiskinan merupakan salah satu penyakit sosial yang melanda kabupaten Bekasi. Sebagai salah satu kota satelitnya Jakarta, ternyata Bekasi belum bisa terlepas dari masalah kemiskinan. Masalah kemiskinan bertambah kompleks dengan kenaikan harga BBM. Kenaikan harga BBM memicu munculnya orang-orang miskin baru, sehingga pemerintah kabupaten Bekasi diharapkan mampu menyelesaikan masalah kemiskinan ini.

Sebagaimana manusia yang tidak dapat luput dari kesalahan, penulis menyadari banyaknya kekurangan dan kesalahan yang ada dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu penulis berharap adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah berikutnya.

Cikarang, 25 Juni 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................... 1

D. Metode Pembuatan Makalah .................................................. 2

BAB II KEMISKINAN DI BEKASI ....................................................... 3

A. Pengertian, dimensi, dan indikator kemiskinan .......................... 3

B. Gambaran kehidupan masyarakat Bekasi ................................. 5

C. Faktor-faktor penyebab kemiskinan di Bekasi ........................ 7

D. Upaya-upaya menanggulangi kemiskinan di Bekasi ................... 8

BAB III PENUTUP ................................................................................... 10

A. Kesimpulan ............................................................................. 10

B. Saran ...................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar: